SPBU Watudambo kembali bermasalah -->
Cari Berita

Advertisement

SPBU Watudambo kembali bermasalah

Rabu, 16 Januari 2019

Badai dan Bringas datangi  Kantor Pertamina Manado

Badai dan Bringas saat menyambangi kantor Pertamina di Manado

Manadoinside.com, SPBU Yang terletak di desa Watudambo, Kecamatan Kauditan kembali bermasalah. Pasalnya pihak keluarga Katuuk Kamagi merasa dirugikan dengan dibangunya SPBU tersebut yang sekarang sudah beraktifitas. Rumah mereka tepat berada disamping kiri kanan dan belakang SPBU, itu sungguh sangat mengganggu jika beraktifitas sehari-hari dan ketika hujan rumah tersebut digenangi air akibat tembok SPBU yang sudah melingkari rumah.

Berangkat dari hal tersebut LSM barisan garuda indonesia (Badai) dan brigade nasional garuda adat sakti (Brigas) dibawah Ketua Umum Badai Frangky M Barents ST, yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang ada di desa Watudambo, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), menyambangi kantor Pertamina di Manado, Rabu (16/1/2019).

Selama ini dengan kondisi adanya SPBU Watudambo masyarakat merasa kehidupannya ini terancam dengan segala tindakan atau perbuatan yang sudah selama satahun lebih. Jadi kami turun untunk mengurus masalah ini, tapi sampai sekarang belum ada kepastian yang jelas dari pihak SPBU.

"Oleh karena itu kami dari Badai dan Bringas turun ke Pertamina untuk meminta komitmen dari pertamina segera menyelesaikan permasalah ini karena pertamina adalah pemegang otoritas untuk semua SPBU yang ada di Sulawesi Utara (Sulut) sehingga kami minta pada pihak Pertamina tolong diseriusi karena kita selama ini masih secara persuasif, tapi kalo tidak diseriusi kami akan turun lebih banyak lagi untuk turun ke pertamina maupun SPBU kami akan blokir. Jadi saya minta ke pertamina untuk suplai minyak ke SPBU Watudambo dihentikan dulu, artinya sebelum masalah ini terselesaikan dari pihak pertamina belum bisah untuk distribusi minyak ke SPBU Watudambo harus diselesaikan dulu," tegas Barents.

Lanjutnya, untuk titik permasalahannya sekarang ini Pertamina membangun SPBU di tempat itu dengan rumah masyarakat yang tidak jauh berada hanya satu meter saja dari pekarangan pertamina, ini berdampak dari sisi estetika dan kesehatan bagi masyarakat.

Sementara itu, pihak keluarga Sisilia Kamagi menuturkan dengan adanya pertamina kami keluarga hidup tidak nyaman sering keluar-keluar rumah takut tinggal dalam rumah. hanya pasang korek api atau konfor saja kami takut meledak.

"Kami sebelumnya sudah bicara dengan Pertamina melalui hearing di DPRD Minut, dan kami tidak menyetujui karena tidak sesuai dengan pembayaran yang kami minta artinya mereka meminta di bawah harga dan tidak sesuai dengan harga kami. Pemerintah sudah setuju dengan pihak Pertamina tapi kami dari pihak keluarga tidak setuju sama sekali. Kami meminta pemerintah harus pro rakyat jangan mengorbankan rakyat, " tutup Kamagi dengan meneteskan air mata. (Randy)