![]() |
Tim pelaksana inovasi desa Sitaro pose bersama di Desa Tatengesan yang merupakan satu-satunya wilayah pengembangan ekowisata Mangrove di Kabupaten Minahasa Tenggara |
MITRA -- Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID), Pemerintah Kecamatan dan TA PD PLD P3MD dari kabupaten kepulauan SITARO, melakukukan kunjungan studi pengembangan eko wisata mangrove di kabupaten Minahasa Tenggara Desa Tatengesan Kamis, 23/01/2020.
Desa Tatengesan merupakan satu-satunya wilayah pengembangan ekowisata mangrove di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Pemerintah kecamatan bersama TPID di tujuh kecamatan kabupaten kepulauan sitaro, melalui dana alokasi P2KTD melakukan studi pengembangan Eko Wisata di Mitra.
"Kami sangat antusias melalukan studi ini di minahasa tenggara dikarenakan daerah ini merupakan pengembangan yang sangat cocok untuk kami pelajari, aplagi mitra saat ini melalui media yang kami lihat memiliki pengembangan wisata di tahun 2020 ini." ungkap Yantje Tumewu. S. Pd Camat Siau Barat selaku peserta.
Peserta dalam studi ini mendapat materi dan strategi pengelolan eko wisata mangrove.
"kami datang di tempat ini bertujuan untuk lebih mempelajari bagaimana proses dan pengembangan ekonomi berbasis wisata dan lingkungan, dengan ini ketika balik ke Sitaro kami bisa mengaplikasikan di desa kami masing - masiang.
Kunjungan ini juga kami akan lanjutkan di daerah Boltim." jelas Alpius Pangolimang ketua TPID siau Barat.
Silvia Sondakh SE selaku TA PED P3MD Mitra menjelaskan dalam ekowisata mangrove di Desa Tatengesan banyak pengalaman dan hal unik yang akan didapatkan.
"Kita juga bisa mendapat pengalaman unik dengan program *Desa Wisata* dengan mengunjungi pusat kegiatan konservasi Mangrove dan penanaman pohon serta segudang atraksi experience di Tatengesan yaitu ADVENTURE, WILDLIFE, VINTAGE, CULLINARY, PHOTOGRAPHY. dengan paket eko wisata yang kami sediakan ataupun tidak dengan paket tersebut. " terang Sondakh.
Tambah Sondakh, Pengunjung juga bisa berkontribusi dengan Donasi barang-barang kamu yang tidak terpakai untuk kegiatan Komunitas Kami seperti : Bibit Pohon, Buku Fiksi ataupun non Fiksi, ATK, Peralatan Olah Raga, Polybag, Jaring Waring, atau apa saja yang tidak terpakai lagi dan bisa dimanfaatkan.
"Wista ini juga dalam proses pembangunan flying fox, pusat kuliner dan sarana MCK di lokasi konservasi," jelas Sondakh.(ayi)