TALAUD – Ini perlu mendapat perhatian serius pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud. Pasanya, angka mengejutkan dikeluarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara terkait korban meninggal dunia akibat AIDS.
Buktinya, data yang berhasil dirangkum menyebutkan selang 2013 hingga 2019 tercatat 11 orang meninggal dunia akibat terserang virus HIV/AIDS di Kabupaten Kepulauan Talaud.
“Dari Tahun 2013 sampai Tahun 2019 terdata ada 80 orang positif HIV/AIDS, dan 11 orang telah meninggal dunia,” kata Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Kabupaten Kepulauan Talaud Irma Cristiani Pontoh, Kamis (5/3) 2020 kemarin.
Menurutnya, kasus HIV/AIDS yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Talaud cenderung memiliki pola yang sama. Yakni para penderita umumnya memiliki riwayat pernah tinggal di luar Talaud. Dari hasil wawancara dan konseling terhadap ODHA (Orang Hidup dengan
AIDS), kata Irma, ODHA diduga kuat terjangkit saat berada di luar daerah, antara lain di Papua.
Informasi dirangkum, kasus tersebut terjadi Desa Bowombaru, Desa Tule, juga beberapa desa lainnya di Kecamatan Nanusa dan Kecamatan Gemeh. Wilayah-wilayah dimana banyak warganya yang mengais rejeki di rantau, seperti sebagai pekerja tambang di tanah Papua.
Sebelumnya, Bupati Elly Engelbert Lasut sudah secara tegas menyatakan Kabupaten Kepulauan Talaud harus ditetapkan sebagai daerah KLB HIV/AIDS.
Dia juga telah memerintahkan dinas kesehatan agar bergerak cepat untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di daerah itu, dengan terus melakukan pengawasan dan kontrol terhadap ODHA secara manusiawi.
Selain itu, E2L juga meminta meminta kepada DPRD agar bisa mengalokasikan anggaran dalam APBD Talaud 2020 guna pengadaan alat bantu diagnosa terhadap HIV/AIDS serta upaya-upaya pencegahan lainnya.
“Untuk itu, kalaupun anggota DPRD bersedia (menyediakan anggaran), kami akan menyiapkan alat bantu diagnosa terhadap infeksi virus HIV/AIDS tersebut.
Karena kami akan memproklamirkan pencegahan terhadap virus ini hingga ke pelosok untuk melakukan pengawasan, dan kontrol terhadap penderita HIV/AIDS tersebut, tapi dengan standar dan protap nasional, bukan dengan cara yang tidak manusiawi,” ujarnya.(Arnoldus Pumpodong)