MANADO -- Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Utara Senin (25/1) melaksanakan diskusi dalam rangka harlah ke 95 NU.
Menurut Ketua PWNU Sulut Ulyas Taha kepada wartawan, kegiatan ini merupakan rangkaian dari harlah yang dilaksanakan oleh pengurus wilayah bersama panitia.
"Diskusi Islam washatiyyah ini menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten dalam ahlinya seperti Prof. M. Ishom Yusqi yang merupakan sekretaris Balitbang Kemenag RI, Kamajaya Alkatuuk dan Taufik Pasiak," ucap Taha.
Lanjut dikatakan Taha, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi islam terbesar harus melewati banyak rintangan dan tantangan. Seperti hadirnya Salafi, Wahabi dan HTI.
"Mereka merasa terusik dengan konsep NU tentang islam washatiyyah. Dimana cara berpikir warga NU adalah moderat dan menjunjung tinggi nilai toleransi," lanjut Taha.
Taha menjelaskan, NU dibangun pada 3 pilar, fiqrah nahdhiyah, amaliah nahdiyah, haraqah nahdiyah. Moderat dan islam toleran menjadi cara berpikir dari pada pilar dasar nu.
"Atas dasar tersebut maka melahirkan konsep moderasi beragama, toleransi umat beragama. Ketika tidak bisa menerima perbedaan maka itu menjadi intoleran," kata Taha lagi.
Sementara itu, Prof Moh. Ishom Yusqi menjelaskan tentang konsep Islam Nusantara yang saat ini terus diperdebatkan. Menurutnya, Islam Nusantara sejatinya adalah ahlussunnah wal jama'ah an nahdliyah.
"NU adalah ormas yang kyainya adalah kyai kampung yang selalu hadir ditengah-tengah masyarakat di istighosah, manaqib, ziarah kubur, dan selalu merawat melindungi dan mengayomi masyarakat bawah," kupas Prof Ishom.
Nara sumber yang lain Taufik Pasiak berharap kiranya Pengurus Wilayah NU Sulut bisa menjadi agent of change yang mengubah pemikiran di bumi sulawesi utara dengan mengampanyekan toleransi moderat beragama, supaya Sulut bisa menjadi contoh daerah bagi banyak orang.
Begitu juga dengan Kamajaya Alkatuuk. NU harus mengubah kebersamaan di NU dari perkumpulan menjadi networking.
Harus ada penguatan program untuk NU.
Disisi lain mantan ketua PWNU Sulut Syaban Mauludin menegaskan, sejak didirikan, NU sudah memelopori tentang islam washotiyyah.
"Ketika hadratusyaikh KH. Hasyim Asy'ari menekankan membela negara bagian dari pada iman. Sehingga membela negara adalah wajib hukumnya," tutur Syaban.
Sementara itu Ketua Panitia pelaksana Suleman awat menyampaikan terimakasih untuk semua pihak yang telah berpatisipasi dalam diskusi.
"Terima kasih untuk seluruh pemateri yang telah memberikan ide dan gagasan mereka untuk kemajuan NU. Kiranya diskusi ini bisa dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya. (***)